Wednesday, May 22, 2013

Cerpen : Penantian yang Panjang


Sudah 7 hari sejak kecelakaan maut itu terjadi. Aku tidak menyangka di hari kelulusanku, kedua orang tuaku pergi meninggalkanku. Kini aku hanya hidup dengan adik-adikku yang masih kecil. Hari ini aku akan melaksanakan wisuda didampingi oleh paman dan bibiku yang selama ini telah membantuku. 
“Selamat ya ren , kamu berhasil masuk kategori 3 besar” ucap sahabatku Nayla
 “Makasih ucapannya Nay , kamu banyak bantu aku buat raih peringkat 2. Selamat juga buat kamu, kamu bisa peringkat 1 dan ngalahin Nesha.” jawabku

“Masama Ren . eh , aku duluan ya, udah di tungguin pacarku nih. Bye” Kata Nayla
Ma, pa sekarang Reny udah resmi lulus dan dapat nilai yang bagus. Andai mama sama papa ada disini , pasti reny seneng banget. Semoga kelulusan Reny bisa buat mama sama papa bangga. Disini, Reny, Reyhan sama Reysha selalu do’ain mama sama papa disana.
Aku terpaksa tidak langsung melanjutkan ke perguruan tinggi, karena faktor biaya. Walaupun bibi telah menawarkan untuk membiayai kuliahku, tapi aku tetap tidak mau, aku tidak ingin merepotkan bibi lagi. Aku harus mencari uang untuk biaya hidupku dengan adik-adikku serta biaya sekolah mereka. Hari ini aku akan coba cari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupku.
“permisi, saya ingin mencari kerja, apakah disini membutuhkan karyawan atau yang lainnya ?” Tanyaku pada security
“Maaf mbak, kami disini tidak membutuhkan karyawan baru.” Jawabnya
“Kalau begitu, terima kasih pak.” Ucapku
Sudah lebih dari 5 tempat kukunjugi, tapi hasilnya pun sama. Tidak ada yang sedang membutuhkan karyawan. Sampai akhirnya aku diterima kerja oleh Ibu pemilik toko perhiasan. Bukan sebagai karyawan, melainkan sebagai pembantu rumah tangga dirumahnya, besok aku sudah bisa mulai untuk bekerja. Walaupun hanya pembantu, tapi aku bersyukur karena masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bekerja.
Esoknya...
“Permisi, apa benar ini kediaman Ibu Kasih?” Tanyaku pada salah seorang penghuni rumah setelah sekian jam aku mencari letak rumahnya.
“ya betul. Anda siapa?” tanyanya
“Saya Reny, saya pembantu barunya Ibu Kasih, kemarin beliau bilang bahwa tugas saya adalah merawat ibu beliau.” Jawabku
“Oh, ternyata anda yang bernama Reny. Tadi ibu pesan kalau ada yang kerumah, saya disuruh ngantar ke kamar eyang, anda bisa mulai bekerja. Mari masuk, akan saya tunjukkan kamarnya.” Ucapnya sambil mengantarku ke kamar eyang.
Setelah aku berkenalan dengan eyang aku mulai melakukan pekerjaanku, aku membantu eyang makan, mengajak eyang jalan-jalan di sekitar halaman dan lain-lainnya. Eyang orangnya baik, ramah, dan aku mulai menyukainya.
Sudah berbulan-bulan sejak aku bekerja di rumah ibu Kasih. Uang yang aku dapatkan sangat pas dengan kebutuhan hidupku dan adik-adikku. Melihat itu, bibiku merasa kasihan dan membujukku dan adik-adikku untuk tinggal bersamanya. Aku bersikukuh tidak mau, tapi melihat adikku yang kurang dapat kasih sayang dariku akhirnya aku memutuskan untuk tinggal sendiri, sedangkan adik-adikku aku titipkan pada Bibiku.
Setelah eyang tahu kalau aku sekarang tinggal sendiri, beliau meminta aku untuk tinggal dirumahnya, dan setelah dibujuk-bujuk maka aku menurutinya.
Sudah lama aku bekerja untuknya. Disana, aku melihat seorang cowok yang tampan yang ternyata adalah cucunya yang baru pindah dari Australia. Entah mengapa, pertama kali aku melihatnya, jantungku terasa berdebar kencang tak seperti biasanya, tapi itu tak kuhiraukan. Dia adalah cowok yang dingin tapi baik. Terkadang aku merasa nyaman dan aman berada di dekatnya. Kami sering ngobrol berdua di taman depan saat aku sedang tidak ada kerjaan yang dapat dilakukan.
“Ren, terima kasih sudah mau jadi temanku, kamu adalah teman terbaik yang aku miliki.” Kata Fyan
“ya yan, aku ikhlas kok jadi temenmu.” Ucapku dengan sedikit nada kecewa dan sedih karena ternyata dia hanya menganggapku teman, hanya teman.
“Ren, maaf ya kalau akhir-akhir nanti aku nggak bisa duduk-duduk bareng disini sama kamu.” Ucapnya
“Kenapa?” tanyaku dengan penasaran, apakah dia benci aku.
“Soalnya liburan nanti anaknya temennya mamaku mau liburan ke Bogor dan aku harus menemaninya.” Tuturnya
“Ow.. ia gak papa.” Huft.. rasanya kecewa karena kedekatanku hanya sebatas itu dan tak bisa lebih. Tapi aku harus bisa nerimanya. Lagian aku cuman pembantu yang lulusan SMA dan dari kalangan orang nggak punya, sedangkan dia Sarjana dari kalangan orang kaya. So pastilah gak bakal ada nyambung-nyambungnya.
Karena sudah berminggu-minggu aku tidak lagi dekat seperti dulu dengan Fyan, maka seketika itu pula rasa sayang yang dulu pernah ada kini kian menyusut, tak lagi sebesar dulu. Bahkan mungkin bisa dibilang hanya tinggal 1 tetes. Saat pertama kali aku melihat Nancy, aku terpana karena di adalah seorang cewek yang sangat cantik dan cocok untuk Fyan. Sering aku melihat mereka sedang duduk dan ngobrol berdua dan saat melihat itu aku tidak tega, setiap aku bertemu dengan mereka, aku langsung berbalik arah. Sikapnya masih seperti dulu, baik, ramah , terkadang aku juga masih duduk-duduk dengannya walaupun tidak sesering dulu. Aku merasa bahwa Nancy sepertinya sedikit tidak senang denganku karena setiap kali aku menatapnya saat aku sedang ngobrol dengan Fyan dia balik menatapku dengan tatapan sinis, seperti aku telah berbuat kesalahan besar padanya. Sampai suatu hari
“He! Kamu ! aku perigatin ya, jangan sekali-kali kamu deketin Fyan. Ngaca donk kamu siapa, dia siapa. Enak aja main ngerebut Fyan dari aku! yang pantas buat Fyan itu aku bukannya kamu!  Iih ... gak tahu malu ya .” Ucapnya dengan nada sinis
“Maaf mbak saya tidak merebut siapa-siapa mbak.” Kataku sebagai pembelaanku karena tidak terima dengan omongannya terhadapku
“Halah...  dasar pembantu gak tahu diri, pura-pura gak tahu lagi dasar otak karet. Kamu itu ya jangan deket-deket sama Fyan. Kalau masih berani deket-deket, liat aj ntar apa yang bakal aku lakuin buat kamu biar kamu dipecat.” Makinya
“Sekali lagi saya minta maaf kalau mbak ngiranya saya deket sama Fyan, tapi itu tidak benar . Kalau mbak ingin saya jauh-jauh dari Fyan, saya bisa kok mbak. Saya juga sadar saya itu siapa.” Ucapku dengan pasrah, aku tidak bisa melawan karena aku tidak ingin dipecat.
Beberapa hari berlalu sejak kejadian itu, dan sejak tragedi itu Nancy terus menjelek-jelekan di depan Fyan maupun Eyang. Untungnya semua ejekan itu tidak membuat aku dibenci Eyang maupun Fyan, mereka masih tetap percaya padaku, bukan percaya pada Nancy. Dan saat-saat aku diejek Nancy, Fyan malah lebih dekat denganku, dan dia bilang “Ren, aku kan selalu ada di sampingmu, walaupun dia adalah anak dari teman mamaku, tapi aku akan selalu membelamu selama kamu benar, aku percaya kamu bukan orang yang seperti itu.” Hmmb, so sweet banget...,rasanya aku seperti sedang dalam perang dan pangeran cintaku datang untuk membelaku.
Selama berhari-hari dia membuat kehebohan dengan memfinah diriku dengan berbagai macam hal , yang mencuri anting-anting eyanglah, yang katanya aku morotin uangnya eyanglah dan masih banyak lagi. Tapi semua itu tidak membuat eyang percaya pada Nancy.
Hari ini aku ada di Minimarket dekat rumah bibiku. Semalam aku menginap dirumahnya. Aku sangat rindu akan adikku, aku ingin menengok dan berbincang-bincang untuk melepas rinduku yang amat dalam. Di minimarket itu aku bertemu Nancy.
“Hai Nancy.” Sapaku padanya
“Oh, kamu. Ngapain kamu disini, kamu diusir ya??” Tanyanya padaku
“nggak, aku Cuma sedang menginap di rumah Bibiku.” Jawabku
“Ooooo... Eh kebetulan kamu disini, aku mau nitip nih kalung sama kamu, tolong ntar kalau udah nyampek pulang kamu kasihin Fyan ya.. soalnya aku mau berangkat ke Jakarta dulu, takut nggak sempet mampir.” Tuturnya memohon aku untuk membantunya
“Ok. Aku bisa bantu kamu.” Jawabku dengan sedikit heran dan waswas karena tiba-tiba dia meminta tolong padaku.
“Thank You. Aku duluan ya .. Bye.” Ucapnya
“Sama-sama.” Jawabku
Hmmm, aku heran kok tiba-tiba Nancy jdi baik ya.. semoga aja nggak akan ada hal buruk dibalik kejadian hari ini. Tapi aku nggak boleh Su’udzon, semoga aja Nancy udah berubah. Oh ia sampek lupa, aku harus cepet-cepet kembali nih, adik-adikku udah nunggu es krimnya nih.
Malamnya di rumah Ibu Kasih
 “Aduh... dimana sih tuh kalung. Argh!! Perasaan kemaren aku taruh meja.” Kata Fyan sambilmencari kalungnya
“Ada apa sih Fyan??” Tanya eyang
“Ini loh yang, kalungku yang sepasang itu hilang.” Jelasnya dengan nada cemas dan kesal
“Besok aja diterusin nyarinya, sekarng kamu tidur dulu, besokkan bisa dibantu Pak Bon nyari. Sekarang istarahat dulu gih, udah malem lho.” Tutur eyang pada Fyan
“Yasudah deh yang, aku tidur duluan ya yang, selamat Malam.” Ucapnya
“Selamat Malam.” Kata eyang
Esoknya
Reny berkemas untuk pulang ke rumah Ibu Kasih. Dan sampainya dirumah Ibu Kasih dia mendengar
“Kamu lihat kan Yan, kalau ternyata Reny itu pencuri, lihat aja kalungmu ada di dalam lemarinya dan mungkin yang satunya terbawa olehnya.” Ucap Nancy dengan nada tinggi
“Aku bener-bener nggak nyangka kalau Reny ternyata seperti itu.” Kata Fyan
“Tuh kan ... udah deh , orang kayak gitu nggak usah dipertahanin.” Kata Nancy menghasut Fyan
Mendengar itu semua aku jadi tercengang, kaget akan semua. Ternyata benar, sikap baik Nancy hanya kedok semata. Mungkin sebaiknya aku pergi dari sini sekarang, jika itu mau Nancy, lagipula Fyan juga sudah kecewa denganku, aku tak mungkin kembali karena aku tak bisa membayangkan bagaimana marahnya dia padaku. Untung semua tabuganku aku bawa, jadi ada uang yang bia aku pakai. Dan kalung ini, akan kuletakkan dibawah mainan ini bersama suratku.
Yan, ini aku Reny. Aku tahu yan kamu marah sama aku, kecewa sama aku. Tapi sungguh, aku tidak melakukan hal tercela itu. Aku memang membawa kalung itu, tapi itu karena Nancy yang titip kepadaku tuk diberikan padamu. Terserah kamu mau percaya padaku atau enggak.
Mungkin kemarin adalah pertemuan terakhir kita, sekarang aku akan pergi jauh darimu, aku nggak akan ganggu kamu lagi. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa hatiku tak pernah ingin jauh darimu. Sejak awal ketemu, aku sudah mulai suka sama kamu dan sekarang rasa suka itu berkembang menjadi rasa sayang, rasa sayang yang amat dalam. Aku hanya ingin menyampaikan itu. Selamat tinggal Fyan. I LOVE YOU

Folded Corner: Yan, ini aku Reny. Aku tahu yan kamu marah sama aku, kecewa sama aku. Tapi sungguh, aku tidak melakukan hal tercela itu. Aku memang membawa kalung itu, tapi itu karena Nancy yang titip kepadaku tuk diberikan padamu. Terserah kamu mau percaya padaku atau enggak. 
Mungkin kemarin adalah pertemuan terakhir kita, sekarang aku akan pergi jauh darimu, aku nggak akan ganggu kamu lagi. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa hatiku tak pernah ingin jauh darimu. Sejak awal ketemu, aku sudah mulai suka sama kamu dan sekarang rasa suka itu berkembang menjadi rasa sayang, rasa sayang yang amat dalam. Aku hanya ingin menyampaikan itu. Selamat tinggal Fyan. I LOVE YOU
 






3 Tahun Kemudian
“Iya,iya 15 menit lagi aku nyampek sana. Kamu handle dulu meetingnya.” Ucapku pada risa di telepon di telepon. Kini aku bekerja sebagai Manager di sebuah perusahaan di Jakarta.
BRAK!!!!!
Karena aku tergesa-gesa lalu aku menabrak cowok yang sedang berdiri di kelokan sekitar kantin.
“Aw... maaf mas saya terburu-buru jadi tidak melihat jalan.” Ucapku dengan menyesal dan merapikan lembaran kertas yang sedang kubawa
“Iya mbak, gak papa. Lain kali hati-hati.” Ucapnya sambil membantuku membereskan kertas-kertas yang berserakan. Dan saat itu kita sama-sama mendongak dan ternyata cowok itu dalah Fyan. Mengetahui hal itu aku langsung beranjak pergi, tapi terlambat. Dia sudah menyadari itu aku walaupun aku berusaha menyangkal bahwa aku adalah reny.
Akhirnya aku membatalkan meetingku dan duduk dengannya setelah dia membujukku dengan susah payah, akhirnya aku pun luluh juga. Pertanyaan darinya betubi-tubi hingga aku bingung menjawabnya. Di menjelaskan panjang ebar kejadian waktu itu dan dia menyesal telah percaya pada Nancy. Katanya, surat yang aku letakkan dibawah mainan baru dia temukan selama 1 minggu. Tiba-tiba dia menggenggam erat tanganku dan diletakkan di atas meja. Lalu...
“Ren.. aku menyesal sekali telah berucap seperti itu waktu itu. Aku sebenarnya tak ingin kau pergi. Tanpamu, hari-hariku terasa sunyi. Aku mencarimu kesana-kemari. Aku ingin berucap maaf padamu. Tapi tak hanya itu, aku ingin kamu tahu sebenarnya aku suka sama kamu. Bukan rasa suka lagi, tapi aku sangat amat  sayang padamu. Aku nggak tahu sejak kapan rasa itu ada. Mungkin saat kamu ada di sampingku saat aku sedang risau kamu buat aku merasa nyaman. Maaf kalau kedatanganku membuat kamu kaget, apalagi dengan pernyataanku tadi. Tapi aku ingin kamu tahu itu Ren. Aku tahu kamu masih sakit hati denganku. Aku akan nunggu kamu sampai nafas terakhirku berhembus karena untumulah seluruh nafas ini.” Tuturnya membuat aku kembali ke masa lalu dan sedikit merasakan sakit iru, tapi aku juga senang ternyata cintaku tak bertepuk sebelah tangan.
“A..aku juga sayang sama kamu Yan.” Ucapku dengan sedikit getaran pada suaraku karena aku sedikit ragu untuk mengungkapkannya.
“Kalau begitu, Maukah kamu jadi pacarku dan berada disampingku tuk selamanya  ????????? Aku berjanji nggak akan buat kamu sedih, nangis, kecewa, sakit hati. Aku kan berusaha menjaga permata hatiku agar tidak retak.” Tanyanya padaku
“Aku mau jadi pacarmu dan menemanimu selamanya, hingga nafas terakhirku terhembus.” Jawabku
Akhirnya moment yang selama ini aku tunggu-tunggu telah tiba. Penantianku berunjung hingga detik ini. Sekarang aku dapat memulai kisah cintaku dengannya. Dengan pangeran yang akan selalu mengisi hari-hariku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Semoga Aku dan Dia bisa melewati semua rintangan yang akan menghadang kami dengan sebuah kepercayaan.

THE END





No comments: