Sudah 7 hari sejak kecelakaan maut
itu terjadi. Aku tidak menyangka di hari kelulusanku, kedua orang tuaku pergi
meninggalkanku. Kini aku hanya hidup dengan adik-adikku yang masih kecil. Hari
ini aku akan melaksanakan wisuda didampingi oleh paman dan bibiku yang selama
ini telah membantuku.
“Selamat ya ren , kamu berhasil
masuk kategori 3 besar” ucap sahabatku Nayla
“Makasih ucapannya Nay , kamu banyak bantu aku
buat raih peringkat 2. Selamat juga buat kamu, kamu bisa peringkat 1 dan
ngalahin Nesha.” jawabku
“Masama Ren . eh , aku duluan ya,
udah di tungguin pacarku nih. Bye” Kata Nayla
Ma, pa sekarang Reny udah resmi
lulus dan dapat nilai yang bagus. Andai mama sama papa ada disini , pasti reny
seneng banget. Semoga kelulusan Reny bisa buat mama sama papa bangga. Disini,
Reny, Reyhan sama Reysha selalu do’ain mama sama papa disana.
Aku terpaksa tidak langsung melanjutkan ke perguruan
tinggi, karena faktor biaya. Walaupun bibi telah menawarkan untuk membiayai
kuliahku, tapi aku tetap tidak mau, aku tidak ingin merepotkan bibi lagi. Aku
harus mencari uang untuk biaya hidupku dengan adik-adikku serta biaya sekolah
mereka. Hari ini aku akan coba cari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupku.
“permisi, saya ingin mencari kerja, apakah disini
membutuhkan karyawan atau yang lainnya ?” Tanyaku pada security
“Maaf mbak, kami disini tidak membutuhkan karyawan baru.”
Jawabnya
“Kalau begitu, terima kasih pak.” Ucapku
Sudah lebih dari 5 tempat kukunjugi, tapi hasilnya pun
sama. Tidak ada yang sedang membutuhkan karyawan. Sampai akhirnya aku diterima
kerja oleh Ibu pemilik toko perhiasan. Bukan sebagai karyawan, melainkan
sebagai pembantu rumah tangga dirumahnya, besok aku sudah bisa mulai untuk
bekerja. Walaupun hanya pembantu, tapi aku bersyukur karena masih diberi kesempatan
oleh Tuhan untuk bekerja.
Esoknya...
“Permisi, apa benar ini kediaman Ibu
Kasih?” Tanyaku pada salah seorang penghuni rumah setelah sekian jam aku
mencari letak rumahnya.
“ya betul. Anda siapa?” tanyanya
“Saya Reny, saya pembantu barunya
Ibu Kasih, kemarin beliau bilang bahwa tugas saya adalah merawat ibu beliau.”
Jawabku
“Oh, ternyata anda yang bernama
Reny. Tadi ibu pesan kalau ada yang kerumah, saya disuruh ngantar ke kamar
eyang, anda bisa mulai bekerja. Mari masuk, akan saya tunjukkan kamarnya.”
Ucapnya sambil mengantarku ke kamar eyang.
Setelah aku berkenalan dengan eyang
aku mulai melakukan pekerjaanku, aku membantu eyang makan, mengajak eyang
jalan-jalan di sekitar halaman dan lain-lainnya. Eyang orangnya baik, ramah,
dan aku mulai menyukainya.
Sudah berbulan-bulan sejak aku
bekerja di rumah ibu Kasih. Uang yang aku dapatkan sangat pas dengan kebutuhan
hidupku dan adik-adikku. Melihat itu, bibiku merasa kasihan dan membujukku dan
adik-adikku untuk tinggal bersamanya. Aku bersikukuh tidak mau, tapi melihat
adikku yang kurang dapat kasih sayang dariku akhirnya aku memutuskan untuk
tinggal sendiri, sedangkan adik-adikku aku titipkan pada Bibiku.
Setelah eyang tahu kalau aku
sekarang tinggal sendiri, beliau meminta aku untuk tinggal dirumahnya, dan
setelah dibujuk-bujuk maka aku menurutinya.
Sudah lama aku bekerja untuknya.
Disana, aku melihat seorang cowok yang tampan yang ternyata adalah cucunya yang
baru pindah dari Australia. Entah mengapa, pertama kali aku melihatnya,
jantungku terasa berdebar kencang tak seperti biasanya, tapi itu tak
kuhiraukan. Dia adalah cowok yang dingin tapi baik. Terkadang aku merasa nyaman
dan aman berada di dekatnya. Kami sering ngobrol berdua di taman depan saat aku
sedang tidak ada kerjaan yang dapat dilakukan.
“Ren, terima kasih sudah mau jadi
temanku, kamu adalah teman terbaik yang aku miliki.” Kata Fyan
“ya yan, aku ikhlas kok jadi
temenmu.” Ucapku dengan sedikit nada kecewa dan sedih karena ternyata dia hanya
menganggapku teman, hanya teman.
“Ren, maaf ya kalau akhir-akhir
nanti aku nggak bisa duduk-duduk bareng disini sama kamu.” Ucapnya
“Kenapa?” tanyaku dengan penasaran,
apakah dia benci aku.
“Soalnya liburan nanti anaknya
temennya mamaku mau liburan ke Bogor dan aku harus menemaninya.” Tuturnya
“Ow.. ia gak papa.” Huft.. rasanya
kecewa karena kedekatanku hanya sebatas itu dan tak bisa lebih. Tapi aku harus
bisa nerimanya. Lagian aku cuman pembantu yang lulusan SMA dan dari kalangan
orang nggak punya, sedangkan dia Sarjana dari kalangan orang kaya. So pastilah
gak bakal ada nyambung-nyambungnya.
Karena sudah berminggu-minggu aku
tidak lagi dekat seperti dulu dengan Fyan, maka seketika itu pula rasa sayang yang
dulu pernah ada kini kian menyusut, tak lagi sebesar dulu. Bahkan mungkin bisa
dibilang hanya tinggal 1 tetes. Saat pertama kali aku melihat Nancy, aku
terpana karena di adalah seorang cewek yang sangat cantik dan cocok untuk Fyan.
Sering aku melihat mereka sedang duduk dan ngobrol berdua dan saat melihat itu
aku tidak tega, setiap aku bertemu dengan mereka, aku langsung berbalik arah.
Sikapnya masih seperti dulu, baik, ramah , terkadang aku juga masih duduk-duduk
dengannya walaupun tidak sesering dulu. Aku merasa bahwa Nancy sepertinya sedikit
tidak senang denganku karena setiap kali aku menatapnya saat aku sedang ngobrol
dengan Fyan dia balik menatapku dengan tatapan sinis, seperti aku telah berbuat
kesalahan besar padanya. Sampai suatu hari
“He! Kamu ! aku perigatin ya, jangan
sekali-kali kamu deketin Fyan. Ngaca donk kamu siapa, dia siapa. Enak aja main
ngerebut Fyan dari aku! yang pantas buat Fyan itu aku bukannya kamu! Iih ... gak tahu malu ya .” Ucapnya dengan
nada sinis
“Maaf mbak saya tidak merebut
siapa-siapa mbak.” Kataku sebagai pembelaanku karena tidak terima dengan
omongannya terhadapku
“Halah... dasar pembantu gak tahu diri, pura-pura gak
tahu lagi dasar otak karet. Kamu itu ya jangan deket-deket sama Fyan. Kalau
masih berani deket-deket, liat aj ntar apa yang bakal aku lakuin buat kamu biar
kamu dipecat.” Makinya
“Sekali lagi saya minta maaf kalau
mbak ngiranya saya deket sama Fyan, tapi itu tidak benar . Kalau mbak ingin
saya jauh-jauh dari Fyan, saya bisa kok mbak. Saya juga sadar saya itu siapa.”
Ucapku dengan pasrah, aku tidak bisa melawan karena aku tidak ingin dipecat.
Beberapa hari berlalu sejak kejadian
itu, dan sejak tragedi itu Nancy terus menjelek-jelekan di depan Fyan maupun
Eyang. Untungnya semua ejekan itu tidak membuat aku dibenci Eyang maupun Fyan,
mereka masih tetap percaya padaku, bukan percaya pada Nancy. Dan saat-saat aku
diejek Nancy, Fyan malah lebih dekat denganku, dan dia bilang “Ren, aku kan
selalu ada di sampingmu, walaupun dia adalah anak dari teman mamaku, tapi aku
akan selalu membelamu selama kamu benar, aku percaya kamu bukan orang yang
seperti itu.” Hmmb, so sweet banget...,rasanya aku seperti sedang dalam perang
dan pangeran cintaku datang untuk membelaku.
Selama berhari-hari dia membuat
kehebohan dengan memfinah diriku dengan berbagai macam hal , yang mencuri
anting-anting eyanglah, yang katanya aku morotin uangnya eyanglah dan masih
banyak lagi. Tapi semua itu tidak membuat eyang percaya pada Nancy.
Hari ini aku ada di Minimarket dekat
rumah bibiku. Semalam aku menginap dirumahnya. Aku sangat rindu akan adikku,
aku ingin menengok dan berbincang-bincang untuk melepas rinduku yang amat
dalam. Di minimarket itu aku bertemu Nancy.
“Hai Nancy.” Sapaku padanya
“Oh, kamu. Ngapain kamu disini, kamu
diusir ya??” Tanyanya padaku
“nggak, aku Cuma sedang menginap di
rumah Bibiku.” Jawabku
“Ooooo... Eh kebetulan kamu disini,
aku mau nitip nih kalung sama kamu, tolong ntar kalau udah nyampek pulang kamu
kasihin Fyan ya.. soalnya aku mau berangkat ke Jakarta dulu, takut nggak sempet
mampir.” Tuturnya memohon aku untuk membantunya
“Ok. Aku bisa bantu kamu.” Jawabku
dengan sedikit heran dan waswas karena tiba-tiba dia meminta tolong padaku.
“Thank You. Aku duluan ya .. Bye.”
Ucapnya
“Sama-sama.” Jawabku
Hmmm, aku heran kok tiba-tiba Nancy
jdi baik ya.. semoga aja nggak akan ada hal buruk dibalik kejadian hari ini.
Tapi aku nggak boleh Su’udzon, semoga aja Nancy udah berubah. Oh ia sampek
lupa, aku harus cepet-cepet kembali nih, adik-adikku udah nunggu es krimnya
nih.
Malamnya
di rumah Ibu Kasih
“Aduh... dimana sih tuh kalung. Argh!!
Perasaan kemaren aku taruh meja.” Kata Fyan sambilmencari kalungnya
“Ada apa sih Fyan??” Tanya eyang
“Ini loh yang, kalungku yang
sepasang itu hilang.” Jelasnya dengan nada cemas dan kesal
“Besok aja diterusin nyarinya,
sekarng kamu tidur dulu, besokkan bisa dibantu Pak Bon nyari. Sekarang istarahat
dulu gih, udah malem lho.” Tutur eyang pada Fyan
“Yasudah deh yang, aku tidur duluan
ya yang, selamat Malam.” Ucapnya
“Selamat Malam.” Kata eyang
Esoknya
Reny berkemas untuk pulang ke rumah
Ibu Kasih. Dan sampainya dirumah Ibu Kasih dia mendengar
“Kamu lihat kan Yan, kalau ternyata
Reny itu pencuri, lihat aja kalungmu ada di dalam lemarinya dan mungkin yang
satunya terbawa olehnya.” Ucap Nancy dengan nada tinggi
“Aku bener-bener nggak nyangka kalau
Reny ternyata seperti itu.” Kata Fyan
“Tuh kan ... udah deh , orang kayak
gitu nggak usah dipertahanin.” Kata Nancy menghasut Fyan
Mendengar itu semua aku jadi
tercengang, kaget akan semua. Ternyata benar, sikap baik Nancy hanya kedok
semata. Mungkin sebaiknya aku pergi dari sini sekarang, jika itu mau Nancy,
lagipula Fyan juga sudah kecewa denganku, aku tak mungkin kembali karena aku
tak bisa membayangkan bagaimana marahnya dia padaku. Untung semua tabuganku aku
bawa, jadi ada uang yang bia aku pakai. Dan kalung ini, akan kuletakkan dibawah
mainan ini bersama suratku.
Yan, ini aku Reny. Aku
tahu yan kamu marah sama aku, kecewa sama aku. Tapi sungguh, aku tidak
melakukan hal tercela itu. Aku memang membawa kalung itu, tapi itu karena
Nancy yang titip kepadaku tuk diberikan padamu. Terserah kamu mau percaya
padaku atau enggak.
Mungkin kemarin adalah
pertemuan terakhir kita, sekarang aku akan pergi jauh darimu, aku nggak
akan ganggu kamu lagi. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa hatiku tak pernah
ingin jauh darimu. Sejak awal ketemu, aku sudah mulai suka sama kamu dan
sekarang rasa suka itu berkembang menjadi rasa sayang, rasa sayang yang
amat dalam. Aku hanya ingin menyampaikan itu. Selamat tinggal Fyan. I LOVE
YOU
|
3 Tahun
Kemudian
“Iya,iya 15 menit lagi aku nyampek
sana. Kamu handle dulu meetingnya.” Ucapku pada risa di telepon di telepon.
Kini aku bekerja sebagai Manager di sebuah perusahaan di Jakarta.
BRAK!!!!!
Karena aku tergesa-gesa lalu aku
menabrak cowok yang sedang berdiri di kelokan sekitar kantin.
“Aw... maaf mas saya terburu-buru jadi
tidak melihat jalan.” Ucapku dengan menyesal dan merapikan lembaran kertas yang
sedang kubawa
“Iya mbak, gak papa. Lain kali
hati-hati.” Ucapnya sambil membantuku membereskan kertas-kertas yang
berserakan. Dan saat itu kita sama-sama mendongak dan ternyata cowok itu dalah
Fyan. Mengetahui hal itu aku langsung beranjak pergi, tapi terlambat. Dia sudah
menyadari itu aku walaupun aku berusaha menyangkal bahwa aku adalah reny.
Akhirnya aku membatalkan meetingku dan
duduk dengannya setelah dia membujukku dengan susah payah, akhirnya aku pun
luluh juga. Pertanyaan darinya betubi-tubi hingga aku bingung menjawabnya. Di
menjelaskan panjang ebar kejadian waktu itu dan dia menyesal telah percaya pada
Nancy. Katanya, surat yang aku letakkan dibawah mainan baru dia temukan selama
1 minggu. Tiba-tiba dia menggenggam erat tanganku dan diletakkan di atas meja.
Lalu...
“Ren.. aku menyesal sekali telah
berucap seperti itu waktu itu. Aku sebenarnya tak ingin kau pergi. Tanpamu,
hari-hariku terasa sunyi. Aku mencarimu kesana-kemari. Aku ingin berucap maaf
padamu. Tapi tak hanya itu, aku ingin kamu tahu sebenarnya aku suka sama kamu.
Bukan rasa suka lagi, tapi aku sangat amat
sayang padamu. Aku nggak tahu sejak kapan rasa itu ada. Mungkin saat kamu
ada di sampingku saat aku sedang risau kamu buat aku merasa nyaman. Maaf kalau
kedatanganku membuat kamu kaget, apalagi dengan pernyataanku tadi. Tapi aku
ingin kamu tahu itu Ren. Aku tahu kamu masih sakit hati denganku. Aku akan
nunggu kamu sampai nafas terakhirku berhembus karena untumulah seluruh nafas
ini.” Tuturnya membuat aku kembali ke masa lalu dan sedikit merasakan sakit
iru, tapi aku juga senang ternyata cintaku tak bertepuk sebelah tangan.
“A..aku juga sayang sama kamu Yan.”
Ucapku dengan sedikit getaran pada suaraku karena aku sedikit ragu untuk
mengungkapkannya.
“Kalau begitu, Maukah kamu jadi
pacarku dan berada disampingku tuk selamanya
????????? Aku berjanji nggak akan buat kamu sedih, nangis, kecewa, sakit
hati. Aku kan berusaha menjaga permata hatiku agar tidak retak.” Tanyanya
padaku
“Aku mau jadi pacarmu dan menemanimu
selamanya, hingga nafas terakhirku terhembus.” Jawabku
Akhirnya moment yang selama ini aku
tunggu-tunggu telah tiba. Penantianku berunjung hingga detik ini. Sekarang aku
dapat memulai kisah cintaku dengannya. Dengan pangeran yang akan selalu mengisi
hari-hariku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Semoga Aku dan Dia bisa
melewati semua rintangan yang akan menghadang kami dengan sebuah kepercayaan.
No comments:
Post a Comment